Selasa, 03 Mei 2011

Fungsi Baru Bagi tRNA

Ketemu! Pengikatan tRNA (bagian tengah, hijau dan kuning) terhadap cytochrome c (merah) ang dilepaskan oleh mitochondrion (kiri) membatasi formasi suatu kompleks yang menaikkan apoptosis (atas kanan).
Temuan terbaru mengindikasikan bahwa transfer RNA (tRNA) mempunyai fungsi lain sebagai tambahan terhadap peranan yang telah ada sekian lama pada pengekspresian gen. tRNA juga membantu mengontrol apoptosis, atau memprogramkan sel mati, menurut sebuah tim yang dipimpin oleh peneliti ahli biologi kanker yaitu Xiaolu Yang pada University of Pennsylvania (Mol. Cell 2010, 37, 668).
Selama pengekspresian gen, DNA dicatat pertama-tama kedalam pemberi pesan RNA. Kemudian, molekul-molekul tRNA—masing-masing membawa asam amino sebagai muatannya—mengikat pada nukleotida pada pemberi pesan RNA. Suatu ribosome menghubungkan asam amino tersebut secara bersama-sama untuk membentuk suatu protein, dan tRNA yang tidak bermuatan sesudah itu dilepaskan.
Sekarang ini, “untuk pertama kalinya, kita menunjukkan bahwa tRNA mempnyai peranan jelas melampaui transmisi informasi genetis,” kata Yang. “Ini sebenarnya memblok apoptosis.”
Apoptosis menghilangkan sel-sel berbahaya, tidak diinginkan dan rusak. Ini dapat dipicu dengan sinyal-sinyal baik dari dalam dan luar sel. Sinyal-sinyal dari dalam, seperti kerusakan DNA, pembangkit tenaga sel yang tepat, atau mitochondria, guna melepaskan cytochrome c kedalam zat cair gas intrasellular, yang dikenal sebagai cytosol. Mitochondria biasanya menggunakan cytochrome c untuk menghasilkan adenosine triphosphate, yang memberi tenaga pada metabolisme. Namun saat dilepaskan kedalam cytosol, sebagai gantinya cytochrome c mengikat pada protein Apaf-1, yang mengaktifkan caspases yang membelah berbagai selular protein, yang pada akhirnya membunuh sel.
Yang, bersama-sama dengan Yide Mei, Jeongsik Yong, dan beberapa kolega lainnya, telah menemukan bahwa tRNA juga mengikat pada cytochrome c, menghentikannya dari pengikatan pada Apaf-1 dan dengan demikian mencegah apoptosis.
Para peneliti telah “membuka mata tingkat yang tidak diperkirakan sepenuhnya tentang  kontrol pada proses apoptotic,” komentar Bram J. van Raam dan Guy S. Salvesen, yang memelajari apoptosis dan sel mati pada Sanford-Burnham Medical Research Institute, di La Jolla, Calif. (Mol. Cell 2010, 37, 591). Raam dan Salvesen menganjurkan bahwa temuan ini juga “mungkin mengindikasikan tingkat kontrol nuklir penting dan baru terhadap metabolisme mitochondrial.”

Thalidomide yang mengikat protein telah terungkap

Para ilmuwan di Jepang percaya bahwa mereka telah mengungkap salah satu kunci target molekular yang mengikat pada obat thalidomide yang menyebabkan cacat kelahiran. Temuan ini dapat memungkinkan beberapa obat baru untuk dikembangkan yang serupa dengan thalidomide – yang efektif dalam penanganan penyakit kanker tertentu dan kusta – namun tanpa efek samping yang sangat berbahaya dalam pengembangan embrionya.
Takumi Ito, dari Tokyo Institute of Technology, dan para koleganya menempelkan thalidomide pada manik-manik magnetis dan mengekspos obat yang tidak bergerak pada ekstrak sel-sel. Mereka menemukan bahwa salah satu protein khusus, yang disebut cereblon, mengikat pada thalidomide. Aktifitas cereblon secara khusus sangat penting pada perkembangan anggota badan.
Tim ini kemudian merekayasa anak ayam dan ikan zebra secara genetis sehingga mereka kekurangan protein ini. Beberapa embrio yang sesudah itu dikembangkan memiliki cacat anggota badan yang serupa dibanding yang disebabkan oleh thalidomide. Mereka juga merekayasa beberapa organismeyang mempunyai versi mutasi dari protein yang tidak mampu mengikat pada thalidomide. Pada beberapa hewan tersebut obat ini tidak menyebabkan cacat perkembangan pada embrionya.
Ikan zebrafish (kiri) dan anak ayam (kanan) direkayasa secara genetis dengan suatu bentuk cereblon yang tidak mampu mengikat thalidomide (barisan bawah) tidak mengalami malformasi yang berkaitan dengan obat tersebut
Dengan diambil secara bersama-sama, temuan ini mengusulkan bahwa protein perlu ada dan memfungsikannya guna memastikan perkembangan yang sehat dari embrionya, dan bahwa thalidomide mengikut sertakan kemampuannya untuk melakukan hal ini.
Hiroshi Handa, seorang anggota tim, mengatakan bahwa sementara dia percaya bahwa  cereblon meruapakan sasaran utama bagi obat ini, mungki ada sasaran protein lainnya dan hal tersebut dapat diidentifikasikan dengan menggunakan suatu pendekatan yang serupa, penghentian thalidomide pada posisi yang berbeda dan penggunaan persiapan yang berbededa dari bahan selular.
Pekerjaaan ini menyediakan suatu kunci yang selangkah ke depan dalam memahami mekanisme kerja thalidomide, yang dapat mengarahkan pada perkembangan obat serupa yang tidak menggangu cereblon.
Neil Vargesson, seorang developmental biologist pada University of Aberdeen di Inggris, telah meneliti bagaimana thalidomide mempengaruhi perkembangan embrionis. ‘Hal signifikan mengenai pekerjaan ini adalah bahwa hal ini mengidentifikasikan suatu pengikatan protein dan dan menunjukkan bahwa hal ini dapat menyebabkan thalidomide yang cacat,’ katanya. ‘Apa yang perlu dilakukan sekarang adalah menentukan bagaimana  gangguan protein menyebabkan cacat pada organisme hidup.’
Vargesson menambahkan bahwa, ‘secara pribadi Saya pikir hal ini adalah aksi antiangiogenis [rintangan dalam formasi pembuluh darah baru] dari suatu obat yang menyebabkan cacat embrionis dengan mempengaruhi atau mentargetkan sesuatu pada sel endothelial – yang akhir-akhir ini kelompok penelitian kami sedang gencar-gencarnya mencari tahu. Penelitian baru ini menerima tanpa adanya bukti bahwa “sesuatu” dapat saja menjadi cereblon.’
Simon Hadlington

Pendeteksian ultrasensitif bagi DNA

Para ilmuwan di Denmark telah mengembangkan suatu metode berbasis lipase dalam pendeteksian tentang kuantitas teramat kecil dari DNA, yang dapat digunakan dalam pengujian bakteri di dalam minuman bir.
Metode pendeteksian pada DNA yang sangat cepat dan sensitif mempunyai penggunaan berjangkauan luas dari diagnosis kanker dan penyakit hingga penseteksian bakteri berbahaya dalam minuman dan makanan. Metode sebelumnya bersandar pada metode optikal dan pre-amplifikasi sampelnya yang memakan waktu sangat banyak, yang karena kesensitifannya hingga seringkali memakan waktu beberapa minggu dan memerlukan perangkat yang menyita ruangan sangat besar. Metode elektrokimiawi telah digunakan untuk menigkatkan kecepatan dan tingkat portabilitasnya.
Sekarang ini, Elena Ferapontova, Kurt Gothelf dan beberapa kolega dari Aarhus University telah mengembangkan suatu lipase berbasis teknik elektrokimiawi yang dapat mendeteksi sekecil mungkin DNA hingga 20 attomoles (2 x 10-17 moles). Lipase merupakan enzim yang membelah ester dengan harga yang sangat mahal dimana ditemukan banyak sekali pada aplikasi di bioteknologi dan sintesis bioorganis.
DNA berlabel lipase membelah ikatan ester yang memegang secara elektrokimiawi ferrocene aktif pada elektroda
Pada sistem Ferapontova, DNA target ditangkap pada manik-manik magnetis dan dilabeli dengan lipase. Kemudian dikumpulkan dan memungkinkan untuk bereaksi dengan ferrocene yang dimodifikasi dengan elektroda emas. Lipase membelah ikatan ester yang menahan secara elektrokimiawi kelompok ferrocene aktif kedalam elektroda, menurunkan sinyalnya dan mengindikasikan keberadaan DNA target.
Ferapontova mengatakan bahwa dia berencana untuk menggunakan sensor guna mendeteksi perkembangan bakterial yang membuat minuman bir tidak bereaksi. ‘Metode apapun yang cepat dan sensitif dalam menguji kadar logam bagi bakteri yang cacat produksi pada minuman bir akam nejadi keuntungan ekonomis yang sangat besar pada industri pembuatan minuman bir dan akan memberikan kepentingan umum,’ tambahnya. Pada sekarang ini tim sedang menyelidiki sampel DNA dari bakteri bir yang cacat produksi untuk menguji validitas metode dalam menganalisa sampel minuman bir yang asli.
Ben Horrocks, seorang ahli pada aplikasi elektrokimiawi biologikal pada Newcastle University, Inggris, terkesan bahwa tim ini telah menggabungkan bersama-sama beberaqpa teknik yang ada untuk menghasilkan ‘salah satu batas pendeteksian yang paling rendah dari suatu sistem berbasis elektrokimiawi ‘.

Enzim memberi tenaga pada molekular yang logis

Sistem keamanan biomolekular yang dapat memberikan tenaga dengan sendirinya telah dikembangkan oleh para ilmuwan Amerika Serikat. Ini dapat digunakan untuk menyandikan informasi keuangan, militer dan informasi rahasia lainnya.
Pengembangan akhir-akhir ini pada bidang biopengkomputeran telah mengarahkan pada sistem biomolekular yang menggunakan informasi bahan kimiawi terhadap mimik elektronik digital. Saat sekarang ini Evgeny Katz dan timnya pada Clarkson University, Potsdam, telah mengambil suatu penelitian yang selangkah maju kedepan untuk membuat kunci keypad yang memberikan tenaga dengan sendirinya dengan menggunakan sel biobahan bakar.
Sistem biokatalis dibuat dari tiga enzim yang terkatalisasi pada langkah rekasi, jelas Katz. Beberapa enzim diterapkan sebagai sinyal input untuk memicu reaksi biokimiawi dan hanya pada saat diterapkan pada perintah yang tepat menghasilkan suatu reaksi riam dari zat tepung hingga asam gluconic. Formasi dari asam gluconic menghasilkan suatu perubahan pada pH, yang digunakan untuk mengubah seka polymer yang termodifikasi elektroda didalam suatu sel biobahan bakar yang terintegrasi pada sistem keypad. Pada pH yang lebih besar dari 5.5 seka poymer berada pada keadaan hidropobic yang tidak terprotonasi yang menghalangi rekasi elektrokimiawi namun saat pH menurunkan kelompok pyridine pada seka polymer terprotonisasi hingga membentuk lapisan tipis hidrophilic yang bermuatan arus positif yang memungkinkan  elektroda menjadi aktif secara elektrokimiawi.
Hanya kata sandi enzim yang benar dapat mengoperasikan sel biobahan bakar
Saat perintah yang benar dari enzim digunakan, larutan keasaman yang dihasilkan mengaktifkan katoda, menyalakan sel biobahan bakarnya, dimana menghasilkan suatu kenaikan pada aliran dan output tenaganya. Jika beberapa enzim ditambahkan pada perintah yang salah, maka sel biobahan bakar tidak diaktifkan. Hal ini memungkinkan sistem keamanan dioperasikan tanpa perlu adanya sumber tenaga eksternal seperti tenaga listrik yang dihasilkan saat ‘kata kunci’ enzim yang benar digunakan.
‘Ini merupakan contoh yang bagus tentang bagaimana molekular logis dan komputrerisasi berkembang,’ komentar A P de Silva, seorang ahli pada molekular berbasis logis dan pergantian molekular pada Queen’s University Belfast, Inggris.
Katz mengatakan bahwa sementara  pekerjaan ini menunjukkan bukti konsep ini, masih ada pekerjaan yang lebih banyak diperlukan untuk merekayasa alat chip microfluidic di dalam laboratorium yang dapat menemukan aplikasi yang jelas. Juga, hingga lebih dari 10 enzim dapat digunakan dan kebal terhadap komponen yang diketahui dapat ditambahkan untuk meningkatkan kekompleksan sistem ini.

Minggu, 10 April 2011

Sumber Bahan Bakar Hayati Langsung dari Selulosa

ImageDi saat para peneliti berupaya keras mencari cara untuk mengkonversi limbah tanaman menjadi bahan bakar etanol, ilmuwan di Amerika Serikat telah menemukan sebuah proses kimia sederhana untuk mengkonversi selulosa menjadi molekul-molekul furfural-sebuah sumber bahan bakar hayati alternatif. Teknik ini baru dalam tahapan pengujian tetapi bisa menghasilkan bahan bakar furfural dari berbagai material selulosa, termasuk limbah dari industri kehutanan dan makanan, dan bahkan koran bekas.
Mark Mascal dan Edward Nikitin dari Universitas California, mengatakan metode ini menghasilkan bahan bakar furfural dari selulosa buangan dengan hasil yang sangat tinggi. Produk utamanya, cairan organik 5-(klorometil)furfural (CMF), bisa dikonversi dalam satu tahapan sederhana menjadi etoksimetilfurfural (EMF), sebuah zat aditif disel yang potensial.
Mascal mengatakan furfural adalah alternatif yang lebih baik dibanding bioetanol dari selulosa, karena jumlah perlakuan yang diperlukan dalam produksi bioetanol menjadikan proses ini tidak ekonomis. "Membuat furfural tentu lebih murah," kata dia. "Metode yang kami gunakan tidak lebih dari penggunaan asam hidroklorat. Sehingga enzim dan pra-perlakuan tidak diperlukan (untuk mengurai selulosa), atau melakukan detoksifikasi atau fermentasi."
Image
Selulosa bisa dikonversi secara langsung menjadi bahan bakar hayati furanat dengan persentase hasil yang tinggi

Mereka melumatkan selulosa dengan asam hidroklorat yang mengandung lithium klorida, dan dengan menggunakan ekstrak diklorometana CMF, bersama dengan zat organik berbasis furan lainnya. CMF selanjutnya bisa dikonversi menjadi produk furanat, EMF, yang telah menunjukkan hasil menjanjikan ketika diuji pada campuran-campuran disel.
Akan tetapi, karena konversi ini memerlukan etanol, Mascal menganggap mungkin lebih baik melakukan sebuah konversi alternatif - hidrogenasi katalitik menjadi 5-metilfurfural (MF), sebuah bahan bakar yang belum diuji. "Hidrogen mudah diperoleh, jadi jika kita bisa mengganti etanol, saya rasa hasil yang dicapai akan lebih baik," kata dia.
"Saya yakin konversi ini bisa dilakukan dengan efektif dalam skala laboratorium, tetapi tentu ada perbedaan antara melakukan sesuatu dengan jumlah satu liter dan satu ember," papar Arthur Ragauskas, seorang ahli bahan bakar hayati di US Department of Energy's BioEnergy Science Center. Dia juga menganggap bahwa penghilangan klorin, yang dalam produk akhir bisa menyebabkan korosi, dapat menimbulkan masalah jika proses konversi sudah ini dilakukan dalam skala industri.
Mascal mengakui bahwa klorin, walaupun dengan kadar yang rendah, perlu dikurangi lebih lanjut. Akan tetapi, dia mengatakan dia yakin ini tidak akan menjadi kendala besar. "Teknologi ini sekarang masih dalam tahap percobaan, tetapi jika ada yang benar-benar ingin menggunakannya, tentu mereka dapat membuat proses-proses yang dapat menghilangkan klorin dan kontaminan lainnya dari produk akhir."
Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld

Jalur Cepat Pembuatan Bensin

ImageProses untuk mengubah serpihan kayu, limbah pertanian dan biomasa lainnya menjadi bahan bakar transportasi telah meyita perhatian para peneliti. Salah satu dari peneliti yang tertarik mengembangkan teknologi ini adalah insinyur kimia George W. Huber, yang timnya di University of Massachusetts, Amherst melaporkan suatu proses pirolisis katalitik selektif yang untuk pertama kalinya mampu mengubah secara langsung selulosa kedalam senyawa yang dapat dipakai untuk membuat bensin (ChemSusChem, DOI: 10.1002/cssc.200800018)
Masalah yang terbesar dari konversi biomasa adalah yang dinamakan "recalcitrance" dari tanaman, yaitu ketidakmampuan secara cepat dan ekonomis untuk mengubah secara langsung karbohidrat kompleks dari tanaman menjadi bahan kimia berguna dan bahan bakar. Para peneliti mencari beberapa pendekatan baik fisis, kimia dan biologis untuk mengatasi masalah recalcitrance ini, termasuk teknik pirolisis baru yang dikembangkan oleh Huber dan mahasiswa pascasarjananya Torren R. Carlson dan Tushar P. Vispute.
Pirolisis adalah sebuah metode baku yang melibatkan pemanasan material padat organik, termasuk limbah pertanian dan industri pada suhu tinggi dan kedap oksigen. Proses ini akan mendekomposisi material tersebut menjadi campuran hidrokarbon cair.
Para peneliti di UMass mengidentifikasi kondisi - kondisi reaksi yang diperlukan untuk mengontrol pirolisis dari serbuk selulosa dan karbohidrat berbasis biomasa lainnya yang dicampur dengan serbuk halus katalis zeolite ZSM5. Selulosa pertama-tama akan terdekomposisi menjadi bahan organik volatil teroksigenasi yang secara selanjutnya memasuki pori-pori zeolit dan secara selektif mengalami serangkaian reaksi dekabonilasi, dehirasi, oligomerisasi dan reaksi lainnya. Huber mengatakan, proses mereka memakan waktu kurang dari 2 menit pada suhu 600°C didalam reaktor yang didesain khusus yang dapat menghailkan senyawa-senyawa aromatis berupa naphthalene, ethylbenzene, toluene, dan benzene; produk samping termasuk arang, H2O, CO, dan CO2.
Namun proses ini masih memiliki beberapa batasan saat ini. Sebagai contoh, para peneliti masih memakai selulosa murni sebagai bahan awal pirolisis. Tambahan lain, regulasi di US metapkan jika campuran bensin harus mengandung senyawa aromatis lebih kecil dari 25% termasuk kurang dari 1% untuk bensen.
Huber mengatakan, kalau menggunakan bahan biomasa alami harusnya akan menghasilkan produk yang sama dengan memakai selulosa murni ketika proses ini nantinya telah dioptimalisasi. Dia juga menyadari bahwa batasan peraturan dari bensin terhadap kandungan senyawa aromatis akan membatasi pemakaian produknya. Namun dia menjelaskan produk aromatis ini dapat dicampur dengan senyawa alkana dan komponen lain untuk membuat bensin standar, atau senyawa aromatis dapat di hirogenasi untuk menghasilkan alkana. Jika kami menggabungkan langkah hidrogenasi didalam proses ini maka secara prinsip akan dapat mengahsilkan bensin yang standar, ungkap Huber.
Image
Huber, bersama para mahasiswanya.
Metode pirolisis baru ini merupakan metode sederhana untuk mengolah biomasa dalam jumlah yang besar dengan waktu yang singkat, komentar John R. Regalbuto, direktur dari National Science Foundation, yang mensuport kegiatan Huber. Proses Huber ini yang mengubah secara langsung selulosa menjadi bensin aromatis merupakan teknologi terdepan saat ini yang telah mengubah paradigma terhadap pembuatan bensin alternatif terbarukan, kata Regalbuto lebih lanjut.

Hubungan Ikan dan Kecerdasan Otak

 Tingkat kecerdasan orang Jepang ternyata berada di atas rata-rata tingkat kecerdasan orang Asia lainnya. Hal itu dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Jepang yang mendapat pengakuan internasional dan sejajar dengan negara-negara industri maju. Selain itu orang Jepang juga dikenal tetap sehat dan memiliki gairah hidup tinggi sampai usia tua, bahkan sampai usia 80 tahun.
Dari aspek gizi dan pangan, ternyata bahan pangan yang mendominasi makanan orang Jepang ialah ikan, dengan tingkat konsumsi rata-rata 60 kg per orang per tahun. Tingkat konsumsi ikan orang Indonesia masih di bawah 30 kg per orang per tahun. Sementara di Malaysia sudah mencapai 37 kg per orang per tahun.
Kadar protein ikan segar atau olahan cukup tinggi, seperti cakalang 24,2 persen, tuna 23,7 persen, bandeng 21,7 persen, lemuru 20,2 persen, ikan mas 16 persen, pindang 27 persen, ikan asap 30 persen, ikan asin 42-50 persen, udang segar 21 persen dan udang kering 62,4 persen. Kandungan lemak ikan rendah, umumnya di bawah 5 persen. Bandingkan dengan kandungan lemak ayam yang mencapai 25 persen. Ikan juga kaya akan kalsium, fosfor, besi, Vitamin A dan B1.
DHA

Salah satu komponen gizi yang terkandung dalam ikan dan diduga berperan dalam meningkatkan kecerdasan ialah Docosa-hexaenoic-acid (DHA), yang merupakan asam lemak tak jenuh ganda berupa rantai panjang Omega-3, terdiri dari 22 atom karbon, 32 atom hydrogen dan 2 atom oksigen (rumus molekul: C22H32O2).
Belakangan ini DHA dijadikan food supplement, antara lain dicampur dengan susu bayi dan balita, susu untuk ibu hamil, biscuit bayi, kapsul dn minyak ikan. DHA juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI), dengan demikian bayi yang disusui secara penuh (dua tahun) kebutuhan DHA-nya sudah terpenuhi. Bagi orang yang terbiasa mengkonsumsi ikan, terutama ikan air dingin seperti salmon, tuna dan mackerel kebutuhan DHA-nya juga sudah terpenuhi dari ikan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bayi yang mendapat ASI mempunyai IQ lebih tinggi dari bayi yang tidak mendapat ASI. Bayi yang tidak mendapat ASI memiliki kandungan DHA yang rendah dan bobot otak yang lebih ringan dibanding bayi yang diberi ASI. Sebagai komponen pembentuk otak, DHA diperlukan mulai dari 3 bulan sebelum bayi lahir sampai usia 18 bulan. Untuk bayi pre-term (berat badan rendah) sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi DHA. Untuk itu konsumsi ikan perlu lebih ditingkatkan.
DHA merupakan asam lemak tak jenuh yang bermanfaat untuk mencegah penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah otak, jantung dan organ reproduksi pria. DHA sangat penting untuk perkembangan otak, sekitar 60 persen dari seluruh asam lemak pada otak merupakan DHA. Selain itu, DHA merupakan bagian penting pembentukan struktur membran pada bagian belakang mata.
Bagaimana mekanisme DHA dalam meningkatkan kecerdasan otak belum diketahui secara pasti. Namun fakta menunjukkan, orang Jepang yang tingkat konsumsi ikannya lebih tinggi memiliki rata-rata kecerdasan yang lebih tinggi. Ikan merupakan bahan pangan yang kaya DHA. Selain itu bayi yang diberi ASI rata-rata lebih cerdas dibanding yang tidak diberi ASI. ASI juga banyak mengandung DHA.

Makanan Otak

Kecerdasaran terbentuk dari perpaduan factor genetis, kultur dan lingkungan. Bibit pintar akan tumbuh jika di antara ketiga factor tersebut tumbuh sinergi yang saling melengkapi. Secara genetis orang tua yang cerdas akan menurunkan anak-anak yang cerdas, tetapi kecerdasan akan tampak jika kebiasaan sehari-hari (kultur) termasuk pola konsumsi turut mendukung, serta ditunjang oleh lingkungan yang kondusif .
Kegiatan bersekolah, aktif belajar, gemar berpikir dan mengemukakan pendapat akan merangsang peningkatan kecerdasan, sejalan dengan bertambahnya umur. Proses intelek terus berlangsung melampaui masa bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan grafik fungsi intelektual mulai menurun ketika usia 50 tahun mulai terlampaui.
Fungsi intelek akan mengalami gangguan jika terjadi kasus kekurangan vitamin B1, B6, B12, mineral zinc dan iodium. Menurut ahli gizi otak, jenis makanan tertentu mempengaruhi produksi beberapa jenis neurotransmitter (zat penghantar listrik otak) seperti choline dan lecithin yang banyak terdapat dalam kuning telur, hati, otak, sumsum, kedelai dan biji-bijian lainnya. Neurotransmitter sangat vital untuk menghapal, oleh karena itu menu choline tinggi dapat memperbaiki daya ingat jangka pendek.
Untuk meningkatkan kecerdasan otak, selain tergantung pada factor genetis dan lingkungan, juga dipengaruhi oleh kultur pra dan pasca kelahiran, terutama menyangkut “makanan otak”. Selain ikan jenis “makanan otak” lainnya ialah kuning telur, hati, otak, sum-sum, kedelai dan biji-bijian lainnya. Tahu dan tempe terbuat dari kedelai, maka bahan pangan inipun kaya akan lecithin dan cholin. Ada baiknya dibuat resep masakan khusus yang menggabungkan jenis-jenis makanan tersebut, bisa dalam bentuk “bubur cerdas”, “sup cerdas”, dan sebagainya.

Penutup

Untuk menjadi bangsa yang cerdas makan ikan perlu lebih digalakkan. Kalaupun ikan yang kaya DHA seperti tuna atau salmon sulit terjangkau, ikan local seperti lele, mas, mujair, bandeng, teri, kakap atau jenis lainnya tidak jadi masalah, karena ikan tersebut juga kaya protein, bahkan ikan asin memiliki kandungan protein tertinggi.
Sebenarnya DHA dapat dibentuk dalam tubuh manusia, namun kemampuan fisiologis setiap orang untuk mengubah dari bahan baku (asam lemak tak jenuh ganda) menjadi DHA berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesehatan, penyerapan dan kondisi lemaknya di dalam tubuh. Dengan demikian mengkonsumsi ikan sangat dianjurkan, selain mengandung DHA ikan juga mengandung EPA (C20H3O20. DHA dan EPA secara bersama dikenal sebagai Omega 3, yang sudah dikenal dapat mencegah serangan jantung, stroke dan impotensi.
Ikan yang dikonsumsi perlu memenuhi persyaratan tertentu, seperti habitatnya tidak tercemar logam berat (Hg, Pb, dan Cu). Selain itu, ikan harus dalam kondisi yang segar. Ciri-ciri ikan yang masih segar: tidak berbau amis, dagingnya masih kenyal, ekornya tidak kering dan menghitam serta matanya tidak berwarna merah, Hindari ikan yang penempatannya ditumpukan bersama hewan laut lainnya seperti kepiting, kerang dan udang, sebab hal itu akan menyebabkan terjadinya kontaminasi silang.
Indonesia memiliki perairan yang sangat luas, baik lautan atau daratan, dengan demikian potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki sangat besar. Upaya peningkatan konsumsi ikan akan memberikan manfaat ganda, selain meningkatkan kecerdasan, juga makin menggairahkan sector perikanan.
 

Rabu, 06 April 2011

ASAM BASA


Teori Asam Basa Arrhenius
Asam : Zat yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+)
HCl (aq) è H + (aq) + Cl- (aq)
Basa : Zat yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)
NaoH è Na + (aq) + OH- (aq)


Teori Asam Basa Bronsted- Lowry
Asam : Spesies pendonor proton
Basa : Spesies penerima proton
Asam basa yang saling berkaitan dalam pertukaran proton disebut pasangan asam basa konjugasi
HA + B ═ BH+ + A-
Asam 1 Basa2 asam 2 basa 1
HCl + NH3 ═ NH4+ + Cl-


Teori Asam Basa Lewis
Asam : setiap spesi yang mengandung atom yang dapat menerima pasangan elektron
Basa : setiap spesi yang mengandung atom yang dapat menberikan pasangan elektron
H + H2O è H3O+
Ag+ + 2NH3 è Ag(NH3)2+

Derajat Ionisasi dan tetapan kesetimbangan asam basa
Hubungan Ka dengan α
HA (aq) ==> H+(aq) + A- (aq)
Awal C
Reaksi Cα Cα Cα
Setimbang C(1-α) Cα Cα


Analog dengan asam,
Hubungan antara α dengan Kb :
Tetapan kesetimbangan air (Kw)
Air dapat mengalami swa-ionisasi
Derajat Keasaman (pH)
Istilah pH (potenz of hydrogen) diperkenalkan oleh Sorensen (1909) untuk menyatakan konsentrasi ion hidronium (H+) dalam larutan
pH Asam lemah dan Basa lemah
Keduanya terionisasi sebagian, sehingga punya Ka dan Kb
Hidrolisis Garam
pH garam dari Asam kuat dan basa kuat
HCl (aq)+ NaOH (aq) è NaCl (aq) + H2O (l)
vTidak terjadi hidrolisis baik anion maupun kation
vLarutan garam yang dihasilkan bersifat netral, yaitu pH = 7
vReaksinya disebut Netralisasi
v
pH garam dari Asam kuat dan basa lemah
HCl (aq)+ NH4OH (aq) è NH4Cl (aq) + H2O (l)
Terjadi hidrolisis parsial oleh ion NH4+ yang merupakan asam konjugasi dari basa lemah.
NH4Cl (aq) NH4+ Cl-
H2O OH- + H+
NH4OH X è elektrolit kuat shg selalu terionisasi
pH garam dari Asam lemah dan basa kuat
CH3COOH (aq) + KOH (aq) è CH3COOK (aq)+ H2O (l)
pH garam dari Asam lemah dan basa lemah
H2CO3 (aq)+ NH4OH (aq) è (NH4)2CO3 (aq) + H2O (l)
Terjadi hidrolisis sempurna oleh anion dan kation
(NH4)2CO3 NH4+ + CO32-
H2O OH- + H+
NH4OH H2CO3
selalu bereaksi , sehingga:
pH tergantung pada harga Ka dan Kb, tidak tergantung pada konsentrasi garam.
LARUTAN BUFFER
vLarutan yang dapat mempertahankan pH dari pengaruh penambahan sedikit asam, basa atau pengenceran.
vPada umumnya terdiri atas
vcampuran asam lemah dan garamnya
vcampuran basa lemah dan garamnya
v
Titrasi Asam Basa
ØJika suatu asam dan basa dititrasi, setiap penambahan pereaksi akan mengakibatkan perubahan pH
ØAda empat macam perhitungan pH jika suatu asam dititrasi dengan basa, yaitu:
1.Titik awal è pH asam sebelum penambahan basa
2.Daerah antara (sebelum titik ekivalen) è larutan mengandung garam dan asam berlebih
3.Titik ekivalen (saat banyaknya asam atau basa tepat setara secara stoikiometri dengan banyaknya basa atau asam dalam larutan è larutan mengandung garam dengan
4.Setelah titik ekivalen è larutan mengandung garam dan basa berlebih