Jumat, 10 Oktober 2014

MORFOLOGI POLIMER

Kristalinitas

Ketika diterapkan pada polimer, istilah kristalin memiliki pengertian yang ambigu. Biasanya istilah kristalin digunakan dalam metode kristalografi konvensional, yaitu pada molekul-molekul anorganik yang biasanya berupa padatan atau logam. Jika membahas masalah kristalinitas, maka akan muncul dua macam istilah yaitu kristalin dan amorf. Suatu polimer secara luas dapat disebut kristalin jika mempunyai sederetan keteraturan tiga dimensi yang biasanya disebabkan oleh adanya lipatan intramolekul atau susunan rantai yang berdekatan. Sedangkan amorf mempunyai pengertian ketidakteraturan susunan dalam struktur polimer. Polimer sintetis dapat terdiri dari daerah kristalin dan amorf. Derajat kristalinitas dapat dinyatakan dalam fraksi berat atau fraksi volume daerah kristalin. Hanya sedikit sekali polimer yang seluruhnya kristalin.

polimer amorf kristalin
Kristalinitas polimer ditandai dengan derajat kristalinitas, mulai dari nol untuk polimer sepenuhnya amorf sampai satu untuk polimer yang sepenuhnya kristalin. Polimer dengan daerah mikrokristalin umumnya lebih keras (bisa ditempa tanpa pecah) dan lebih tahan benturan daripada polimer amorf.

Polimer dengan derajat kristalinitas mendekati nol atau satu akan cenderung transparan. Sedangkan polimer dengan derajat kristalinitas menengah akan cenderung buram karena hamburan cahaya oleh daerah kristalin atau glassy. Jadi untuk beberapa polimer, peningkatan transparansi dapat dilakukan dengan pengurangan kristalinitas.

Konformasi Rantai

Ruang yang ditempati oleh molekul polimer umumnya dinyatakan dalam radius girasi, yang merupakan jarak rata-rata dari pusat massa rantai sampai rantai itu sendiri. Atau dapat dinyatakan dalam hal volume rembesan, yang merupakan volume larutan direntang oleh rantai polimer dan timbangan dengan kubus dari jari-jari rotasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar