Minggu, 10 April 2011

Hubungan Ikan dan Kecerdasan Otak

 Tingkat kecerdasan orang Jepang ternyata berada di atas rata-rata tingkat kecerdasan orang Asia lainnya. Hal itu dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Jepang yang mendapat pengakuan internasional dan sejajar dengan negara-negara industri maju. Selain itu orang Jepang juga dikenal tetap sehat dan memiliki gairah hidup tinggi sampai usia tua, bahkan sampai usia 80 tahun.
Dari aspek gizi dan pangan, ternyata bahan pangan yang mendominasi makanan orang Jepang ialah ikan, dengan tingkat konsumsi rata-rata 60 kg per orang per tahun. Tingkat konsumsi ikan orang Indonesia masih di bawah 30 kg per orang per tahun. Sementara di Malaysia sudah mencapai 37 kg per orang per tahun.
Kadar protein ikan segar atau olahan cukup tinggi, seperti cakalang 24,2 persen, tuna 23,7 persen, bandeng 21,7 persen, lemuru 20,2 persen, ikan mas 16 persen, pindang 27 persen, ikan asap 30 persen, ikan asin 42-50 persen, udang segar 21 persen dan udang kering 62,4 persen. Kandungan lemak ikan rendah, umumnya di bawah 5 persen. Bandingkan dengan kandungan lemak ayam yang mencapai 25 persen. Ikan juga kaya akan kalsium, fosfor, besi, Vitamin A dan B1.
DHA

Salah satu komponen gizi yang terkandung dalam ikan dan diduga berperan dalam meningkatkan kecerdasan ialah Docosa-hexaenoic-acid (DHA), yang merupakan asam lemak tak jenuh ganda berupa rantai panjang Omega-3, terdiri dari 22 atom karbon, 32 atom hydrogen dan 2 atom oksigen (rumus molekul: C22H32O2).
Belakangan ini DHA dijadikan food supplement, antara lain dicampur dengan susu bayi dan balita, susu untuk ibu hamil, biscuit bayi, kapsul dn minyak ikan. DHA juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI), dengan demikian bayi yang disusui secara penuh (dua tahun) kebutuhan DHA-nya sudah terpenuhi. Bagi orang yang terbiasa mengkonsumsi ikan, terutama ikan air dingin seperti salmon, tuna dan mackerel kebutuhan DHA-nya juga sudah terpenuhi dari ikan.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan, bayi yang mendapat ASI mempunyai IQ lebih tinggi dari bayi yang tidak mendapat ASI. Bayi yang tidak mendapat ASI memiliki kandungan DHA yang rendah dan bobot otak yang lebih ringan dibanding bayi yang diberi ASI. Sebagai komponen pembentuk otak, DHA diperlukan mulai dari 3 bulan sebelum bayi lahir sampai usia 18 bulan. Untuk bayi pre-term (berat badan rendah) sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi DHA. Untuk itu konsumsi ikan perlu lebih ditingkatkan.
DHA merupakan asam lemak tak jenuh yang bermanfaat untuk mencegah penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah otak, jantung dan organ reproduksi pria. DHA sangat penting untuk perkembangan otak, sekitar 60 persen dari seluruh asam lemak pada otak merupakan DHA. Selain itu, DHA merupakan bagian penting pembentukan struktur membran pada bagian belakang mata.
Bagaimana mekanisme DHA dalam meningkatkan kecerdasan otak belum diketahui secara pasti. Namun fakta menunjukkan, orang Jepang yang tingkat konsumsi ikannya lebih tinggi memiliki rata-rata kecerdasan yang lebih tinggi. Ikan merupakan bahan pangan yang kaya DHA. Selain itu bayi yang diberi ASI rata-rata lebih cerdas dibanding yang tidak diberi ASI. ASI juga banyak mengandung DHA.

Makanan Otak

Kecerdasaran terbentuk dari perpaduan factor genetis, kultur dan lingkungan. Bibit pintar akan tumbuh jika di antara ketiga factor tersebut tumbuh sinergi yang saling melengkapi. Secara genetis orang tua yang cerdas akan menurunkan anak-anak yang cerdas, tetapi kecerdasan akan tampak jika kebiasaan sehari-hari (kultur) termasuk pola konsumsi turut mendukung, serta ditunjang oleh lingkungan yang kondusif .
Kegiatan bersekolah, aktif belajar, gemar berpikir dan mengemukakan pendapat akan merangsang peningkatan kecerdasan, sejalan dengan bertambahnya umur. Proses intelek terus berlangsung melampaui masa bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan grafik fungsi intelektual mulai menurun ketika usia 50 tahun mulai terlampaui.
Fungsi intelek akan mengalami gangguan jika terjadi kasus kekurangan vitamin B1, B6, B12, mineral zinc dan iodium. Menurut ahli gizi otak, jenis makanan tertentu mempengaruhi produksi beberapa jenis neurotransmitter (zat penghantar listrik otak) seperti choline dan lecithin yang banyak terdapat dalam kuning telur, hati, otak, sumsum, kedelai dan biji-bijian lainnya. Neurotransmitter sangat vital untuk menghapal, oleh karena itu menu choline tinggi dapat memperbaiki daya ingat jangka pendek.
Untuk meningkatkan kecerdasan otak, selain tergantung pada factor genetis dan lingkungan, juga dipengaruhi oleh kultur pra dan pasca kelahiran, terutama menyangkut “makanan otak”. Selain ikan jenis “makanan otak” lainnya ialah kuning telur, hati, otak, sum-sum, kedelai dan biji-bijian lainnya. Tahu dan tempe terbuat dari kedelai, maka bahan pangan inipun kaya akan lecithin dan cholin. Ada baiknya dibuat resep masakan khusus yang menggabungkan jenis-jenis makanan tersebut, bisa dalam bentuk “bubur cerdas”, “sup cerdas”, dan sebagainya.

Penutup

Untuk menjadi bangsa yang cerdas makan ikan perlu lebih digalakkan. Kalaupun ikan yang kaya DHA seperti tuna atau salmon sulit terjangkau, ikan local seperti lele, mas, mujair, bandeng, teri, kakap atau jenis lainnya tidak jadi masalah, karena ikan tersebut juga kaya protein, bahkan ikan asin memiliki kandungan protein tertinggi.
Sebenarnya DHA dapat dibentuk dalam tubuh manusia, namun kemampuan fisiologis setiap orang untuk mengubah dari bahan baku (asam lemak tak jenuh ganda) menjadi DHA berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesehatan, penyerapan dan kondisi lemaknya di dalam tubuh. Dengan demikian mengkonsumsi ikan sangat dianjurkan, selain mengandung DHA ikan juga mengandung EPA (C20H3O20. DHA dan EPA secara bersama dikenal sebagai Omega 3, yang sudah dikenal dapat mencegah serangan jantung, stroke dan impotensi.
Ikan yang dikonsumsi perlu memenuhi persyaratan tertentu, seperti habitatnya tidak tercemar logam berat (Hg, Pb, dan Cu). Selain itu, ikan harus dalam kondisi yang segar. Ciri-ciri ikan yang masih segar: tidak berbau amis, dagingnya masih kenyal, ekornya tidak kering dan menghitam serta matanya tidak berwarna merah, Hindari ikan yang penempatannya ditumpukan bersama hewan laut lainnya seperti kepiting, kerang dan udang, sebab hal itu akan menyebabkan terjadinya kontaminasi silang.
Indonesia memiliki perairan yang sangat luas, baik lautan atau daratan, dengan demikian potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki sangat besar. Upaya peningkatan konsumsi ikan akan memberikan manfaat ganda, selain meningkatkan kecerdasan, juga makin menggairahkan sector perikanan.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar