Jika anda ingin mencegah atau memperlambat perkembangan kanker kulit dengan memakan kecambah brokoli secara reguler dapat membantu sekali, klaim para peneliti di Amerika Serikat.
Jenis kanker yang paling umum pada manusia adalah kanker kulit non-melanoma, yang seringkali disebabkan oleh radiasi sinar ultra violet (UV). Sedangkan menghindari eksposure terhadap radiasi UV tingkat rendah dan menggunakan tabirb surya adalah cara yang baik untuk menghindari kanker, sekian banyak kerusakan yang telah dilakukan. Namun, mengurangi efek berbahaya dari eksposure sebelumnya mungkin saja sesederhana dengan memakan kecambah brokoli secara reguler, kata Albena Dinkova-Kostova pada John Hopkins University, Baltimore.
Brokoli, lobak, dan seledri air menghasilkan sulforaphane yang sangat reaktif saat dicerna, dimana dipandang dapat memicu sintesis sel pelindung protein dan melindungi terhadap kanker. Banyak kelompok telah memeriksa efek sulforaphane pada berbagai penyakit kronis seperti epidemiology, dan kanker prostat. Sekarang ini timnya Dinkova-Kostova telah menyelidiki efek anti kanker kulit dari sulforaphane saat dimakan, ketimbang diaplikasikan pada kulitnya.
Konsentrasi yang lebih tinggi dari sulforaphane ditemukan pada tanaman yang lebih muda
Dinkova-Kostova mengesktraksi glucoraphanin – pendahulu sulforaphane – dari kecambah brokoli dan memberi dosis makan sehari-hari pada tikus yang sebelumnya telah diekspose pada radiasi UV dua kali seminggu selama 17 minggu. Jumlah tikus yang menghasilkan beberapa tumor atau lesions berkurang sebesar 25 persen, jumlah tumor berkurang 47 persen dan volume tumor berkurang sebesar 70 persen. Dengan menganalisa urine dari tikus menunjukkan bahwa glucoraphanin telah diubah menjadi bahan aktif sulforaphane.
‘Semakin muda tanamannya, semakin tajam rasanya dikarenakan tingginya konsentrasi sulforaphane,’ komentar Dinkova-Kostova. Brokoli yang dimasak masih mengandung glucoraphanin, namun tidak seperti yang mentah dimana diubah menjadi sulforaphane di perut ketimbang selama dikunyah, dengan efisiensi bervariasi satu orang dengan yang lainnya. Namun begitu, memakan brokoli yang sudah dimasak, atau brokoli dibekukan yang telah dibasuh tidaklah menghasilkan seperti hasil yang positif diperlihatkan pada studi karena glucoraphanin dapat terlarut dalam air, tambah Dinkova-Kostova.
Elizabeth Jeffery, seorang profesor nutrisi dan toksikologi dari University of Illinois, Urbana, Amerika Serikat, mengatakan bahwa ‘ini merupakan makalah pertama yang menunjukkan bahwa tanpa konversi sebelumnya menjadi sulforaphane, suatu ekstrak yang kaya akan glucoraphanin memperlambat insiden kanker’. Temuan ini sangat relevan karena kebanyakan orang minum suplemen brokoli yang semuanya mengandung glucoraphanin, dari pada sulforaphane, atau kecambah yang dikeringkan semuanya, tambahnya.
Dinkova- Kostova berharap untuk mengembangkan suatu strategi protektif bagi orang-orang yang beresiko tinggi terkena kanker kulit, pada orang-orang tertentu yang telah mempunyai donasi organ tubuh. Namun sementara itu hal ini mungkin saja sangat menyakitkan bagi anda untuk memakan sayuran hijau.
Jenis kanker yang paling umum pada manusia adalah kanker kulit non-melanoma, yang seringkali disebabkan oleh radiasi sinar ultra violet (UV). Sedangkan menghindari eksposure terhadap radiasi UV tingkat rendah dan menggunakan tabirb surya adalah cara yang baik untuk menghindari kanker, sekian banyak kerusakan yang telah dilakukan. Namun, mengurangi efek berbahaya dari eksposure sebelumnya mungkin saja sesederhana dengan memakan kecambah brokoli secara reguler, kata Albena Dinkova-Kostova pada John Hopkins University, Baltimore.
Brokoli, lobak, dan seledri air menghasilkan sulforaphane yang sangat reaktif saat dicerna, dimana dipandang dapat memicu sintesis sel pelindung protein dan melindungi terhadap kanker. Banyak kelompok telah memeriksa efek sulforaphane pada berbagai penyakit kronis seperti epidemiology, dan kanker prostat. Sekarang ini timnya Dinkova-Kostova telah menyelidiki efek anti kanker kulit dari sulforaphane saat dimakan, ketimbang diaplikasikan pada kulitnya.
Konsentrasi yang lebih tinggi dari sulforaphane ditemukan pada tanaman yang lebih muda
Dinkova-Kostova mengesktraksi glucoraphanin – pendahulu sulforaphane – dari kecambah brokoli dan memberi dosis makan sehari-hari pada tikus yang sebelumnya telah diekspose pada radiasi UV dua kali seminggu selama 17 minggu. Jumlah tikus yang menghasilkan beberapa tumor atau lesions berkurang sebesar 25 persen, jumlah tumor berkurang 47 persen dan volume tumor berkurang sebesar 70 persen. Dengan menganalisa urine dari tikus menunjukkan bahwa glucoraphanin telah diubah menjadi bahan aktif sulforaphane.
‘Semakin muda tanamannya, semakin tajam rasanya dikarenakan tingginya konsentrasi sulforaphane,’ komentar Dinkova-Kostova. Brokoli yang dimasak masih mengandung glucoraphanin, namun tidak seperti yang mentah dimana diubah menjadi sulforaphane di perut ketimbang selama dikunyah, dengan efisiensi bervariasi satu orang dengan yang lainnya. Namun begitu, memakan brokoli yang sudah dimasak, atau brokoli dibekukan yang telah dibasuh tidaklah menghasilkan seperti hasil yang positif diperlihatkan pada studi karena glucoraphanin dapat terlarut dalam air, tambah Dinkova-Kostova.
Elizabeth Jeffery, seorang profesor nutrisi dan toksikologi dari University of Illinois, Urbana, Amerika Serikat, mengatakan bahwa ‘ini merupakan makalah pertama yang menunjukkan bahwa tanpa konversi sebelumnya menjadi sulforaphane, suatu ekstrak yang kaya akan glucoraphanin memperlambat insiden kanker’. Temuan ini sangat relevan karena kebanyakan orang minum suplemen brokoli yang semuanya mengandung glucoraphanin, dari pada sulforaphane, atau kecambah yang dikeringkan semuanya, tambahnya.
Dinkova- Kostova berharap untuk mengembangkan suatu strategi protektif bagi orang-orang yang beresiko tinggi terkena kanker kulit, pada orang-orang tertentu yang telah mempunyai donasi organ tubuh. Namun sementara itu hal ini mungkin saja sangat menyakitkan bagi anda untuk memakan sayuran hijau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar